Yay!
Assalamualaikum readers~
betapa sibuknya diri ini, jadi baru sempet menampakkan diri lagi.
Hari ini aku dapat inspirasi buat nulis tentang sebuah tragedi di masa kecilku.
suatu peristiwa yang bila tidak mengalaminya, tak dapat merasakannya!
Jeng.. Jeng.. Jeng...
...
It started when I reborn to the world...
Pada tahun 1997 silam,
di sebuah taman kanak-kanak bernama TK Pertiwi, hiduplah seorang anak perempuan kecil berusia 5 tahun.
Waktu menunjukkan pukul 10.00 WITA, dan dia ingin segera pulang ke rumahnya.
Seperti biasa, gurunyalah yang setiap hari mengantarkannya pulang.
Hanya butuh menyeberang jalan raya dan berjalan sebanyak 25 langkah untuk sampai ke rumah anak itu,
jadi siapapun akan berfikir, mengantar anak itu pulang tidak akan merepotkan guru itu sampai ke urat nadinya.
Suatu hari, anak kecil itu bosan menunggu! Dia melihat gurunya malah sedang asyik bercengkeramah dengan guru-guru lain.
Dia tidak berani dan malu jika harus mendekati ibu guru untuk meminta agar segera diantar pulang.
Dari bosan menunggu, sampailah dia ke level yang lebih bergengsi! LELAH MENUNGGU...
Dan cerita naas pun dimulai...
Anak itu memulai langkah pertamanya, dan selangkah lebih mendekat dengan gerbang TK.
Dia melihat sahabatnya, Cici.
Karena senasib, mereka berniat untuk pulang bersama. Pulang dalam artian, "menuju masalah besar..."
Dua anak TK yang belum tahu memprediksi perbandingan dan estimasi kecepatan antara jarak dan waktu dengan akurasi yang efektif(?), berniat menyeberang jalan raya...
Mereka tidak berpegangan tangan, tidak sabaran, dan LUPA akan nasehat mama papanya "kalau nyebrang liat kanan kiri ya nak, tunggu sampai jalanan kosong"
Melintas deh tuh bendi, dokar, atau apa sih namanya? delman? Hmm... kereta kuda aja yah biar keren.
Di saat yang benar-benar bersamaan, kedua bocah itu tengah berlari melintasi jalan raya. Berlari~~~
Cici yang berlari di belakang kereta kuda itu tentu saja aman, selamat, beruntung! Yah bisa dibilang beruntung!
Tapi anak itu, berlari tepat pada sebuah waktu yang telah Tuhan tentukan. Dia berada pada jarak kurang 1 meter tepat di depan kereta kuda yang sedang melintas.
Hanya butuh terlambat "berlari" sepersekian detik untuk membuat anak itu jadi topik headline koran untuk edisi besok.
...
"Selalu ada keajaiban dalam setiap kesulitan."
Anak itu selamat!
Namun kesedihan dan trauma menghiasi masa kecil mereka.
Mereka berdua pulang ke rumah anak itu, dan menangis ketakutan bersama-sama.
---
Mumpung ANAK ITU adalah aku, satu yang tidak bisa aku lupa adalah, warna kuda itu? BUKAN!
Tapi teriakan-teriakan orang-orang yang melihatku hampir tidak lolos dari maut.
Mungkin karena kejadian itulah, aku nunggu kelas 6 SD dulu baru berani menyeberang jalan sendirian.
Sekarang aja kalo jalanan rame banget ala kota Jakarta, mau menyeberang mesti pegangan ke teman. Lol
readers: "kayak nenek-nenek dong?"
PEDULI AMAT!
Well, ini pesanku buat para penyeberang pemula:
Adek-adek, kalo nyeberang jalan, hati-hati! Tengok kanan kiri kanan, kalo udah aman, GO!
Dan yang paling penting, JANGAN PERNAH SEKALIPUN BERLARI! JANGAN... sekali lagi JANGAN!
thanks to :
- Allah SWT, Sang Maha Penyelamat.
- TK Pertiwi, tempatku bermain waktu kecil.
- Buguru-buguru yang udah sempet maupun yang lupa ngantarin aku pulang ke rumah selama 2 tahun bermain disana.
Honestly, I miss those times when I write this...
se yaa!
tragis yaa.....
ReplyDelete