salted dreams sugary sea

Tuesday, 4 June 2013

Bye bye Poni

Assalamualaikum Wr.Wb.

Aku pikir, aku masih punya lebih banyak waktu untuk melewatkan hari-hariku sebagai seorang Poniers. Namun ternyata 'sesuatu' itu datang lebih awal dari yang aku kira. Sesuatu yang aku tidak yakin itu namanya, tetapi orang-orang sering menyebutnya dengan istilah 'hidayah'. Entahlah... Aku menyebut ini, kebutuhan. 

Memakai Jilbab.


Entah sejak kapan, style rambut kejepang-jepangan ala harajuku yang kuanut sejak SMP ini mulai membuatku merasa tidak nyaman ketika berada di tempat umum. Mungkin karena pengaruh usia yang sudah memasuki tahap adult, atau karena sedang trend-nya style hijabers yang kian merebak akhir-akhir ini. Bukan karena mau ikut-ikutan trend, tetapi kemana-mana jalan bareng orang-orang berjilbab. Dimana-mana nemu komplotan hijabers. Ini semua orang memang sudah insyaf ya?

Karena itu, aku sangat sering menerima nasehat/kritikan/saran dari teman-temanku, untuk segera memakai jilbab. Agar (katanya) lebih sopan, lebih rapi, lebih bersih dan sebagainya.


Pertanyaan: Memangnya dengan rambut terkuncir seperti ini, aku terlihat tidak sopan, tidak rapi dan kotor di mata kalian? Hahaha


Sebenarnya, sama sekali tidak ada masalah ataupun kendala untuk aku mulai berjilbab detik ini juga. Hanya kepikirannya saja yang belum.
Aku tidak masalah dengan semua pakaian-pakaian lamaku yang ada di dalam lemari untuk seketika dipadu padankan dengan jilbab, secara semua pakaianku berlengan panjang dan tertutup.
Aku juga tidak masalah dengan karier ku di karate, karena sejak memasuki kelas -21, aku sudah jarang mengikuti pertandingan, latihan pun sudah tidak se-gila dulu.

Kesibukanku hanya seputar kuliah, hunting foto, bertempur di depan laptop dan sesekali hangout bersama teman-teman.


Dengan segala komentar miring, nasehat dan wejangan dari manusia-manusia itu, akhirnya rasa ketidaknyamanan ini perlahan menyusup ke kalbu dan sukma(?). Mereka benar... Menutup aurat adalah kewajiban bagi setiap perempuan muslim.

Tetapi itu tidak serta merta membuatku kalap belanja jilbab, lalu kemudian mengenakannya saat itu juga, tidak. Aku harus punya dorongan yang lebih mumpuni(?) dan murni karena keinginan pribadi. Bukan memakai jilbab hanya karena sekedar risih dengan pendapat orang-orang.

Sampai pada suatu ketika...

Aku dan mama menghadiri acara keluarga yang bernuansa religius. Banyak keluarga dan agamawan yang hadir. Sebenarnya, keluarga besarku memang hidup dalam ruang lingkup kereligiusan yang kental. Kami seringkali mengadakan acara keluarga dan melibatkan tokoh-tokoh agama untuk bershalawat dan berdoa bersama. 

Disana, aku melihat wanita-wanita yang mengenakan jilbab, dan ada juga yang tidak. Seketika perasaanku berkecamuk, lalu mulai kearah membanding-bandingkan kedua objek itu. Yang berjilbab terlihat lebih anggun, elegan, bersih, rapi dan cantik. Sedangkan yang tidak berjilbab terlihat berantakan dengan rambut tergerai, panas, tidak anggun, tidak rapi dan sebagainya. Aku tersadar, beginilah pandangan orang-orang saat melihatku berada di antara perempuan-perempuan berjilbab. Hiks, ternyata aku tidak se-keren yang kukira.

Aku berpikir, kalau logika ku saja mengakui bahwa yang berjilbab terlihat lebih baik, kenapa aku masih bertahan dengan poni ini? Kalau pikiran bawah sadar ku saja setuju kalau berjilbab itu ibadah, kenapa aku masih tidak berjilbab?

Yeah! Akhirnya aku menemukan alasan yang lahir dari isi kepalaku sendiri. 
Tidak ada urusannya dengan pendapat orang-orang ataupun trend, sejak hari itu aku mantap untuk mulai belajar memasang jilbab.

Aku ingin menjadi lebih baik. Bismillah~ 

Desir pasir di padang tandus... segersang pemikiran hati~
Walaupun belum sempurna, setidaknya aku mulai merasakan kenyamanan yang hakiki dibalik lilitan jilbab sederhana ini. Aku memulainya dengan berjilbab setiap pergi ke kampus, atau saat keluar rumah yang jaraknya jauh. Kalau sekedar beli pulsa di blok sebelah, atau ke warung samping rumah beli odol, yah Tuhan maaf, hamba masih pake kaos gombrang dan celana puntung :D

Waktu demi waktu berlalu, aku mulai memanjangkan poni agar mudah terikat saat memakai jilbab. Rasanya sedih juga. Bagaimanapun ini model rambut kebanggaanku! hahaha... Tapi biarlah style rambut ala Aelke Mariska ini kunikmati lewat foto-foto lama saja. Cukup gayai(?) di rumah saja, toh tidak ada faedahnya bergaya di tempat umum. Untuk apa? Biar ada yang tawari jadi KPOP Idol? 

Sekian kisah tentang perjalananku dalam menemukan serpihan hidayah ini, semoga serpihan-serpihan sisanya dapat aku temukan seiring waktu.

Wassalamualaikum Wr.Wb. 



NB:
Ini postingan ter-syar'i dan terkalem sejauh ini xD

Custom Post Signature